Senin, 13 Juni 2011

TABUNG GAS MELEDAK, SALAH SIAPA?

Fenomena ledakan tabung gas sebenarnya adalah proses pembelajaran yang harus dibayar mahal akibat rasa kepedulian kita yang masih sangat kurang tentang satu masalah. Entah kurangnya kepedulian itu dimulai dari para pengambil keputusan sampai pelaksana di lapangan yaitu konsumen ya kita-kita ini.

Kalau dicermati, sebenarnya maraknya pemakaian tabung gas bukan baru 5 tahun belakang ini saja, tapi sejak sudah kira kira 20th yang lalu penggunaan tabung gas umum untuk masyarakat awam seperti kita ini. Namun kejadian tabung gas meledak saat itu hampir tidak pernah terdengar, mengapa? sebagai ilustrasi , kita dulu sangat sensitif dengan bau yang ditimbulkan oleh gas bocor apabila pemasangan regulator tidak pas, karet dalam tabung sudah tidak berfungsi/kendor, atau ada selang yang bocor, sehingga akan dilakukan upaya perbaikan secepatnya dan kalau tidak ada yg bisa dimintai bantuan, segera diatas kompor gas itu di beri tulisan dengan selembar kertas misalnya: kompor RUSAK! (mencegah orang rumah menyalakan kompor gas tersebut ).

Pelajaran apa yang bisa ditarik dari ilustrasi tersebut adalah bahwa kita seharusnya peduli dan paham betul kondisi tabung gas di rumah kita mulai dari (regulator, selang, sampai tabung), apakah sudah aman. Bukankah seharusnya gas bocor dengan mudahnya dapat dideteksi karena gas yg dipakai sehari hari dalam rumah tangga itu memang di rancang berbau, kecuali kalau kondisi kita sedang sakit FLU, sehingga indera penciuman kita tertanggu, itu pengecualian! pertanyaannya apakah tabung gas yang meledak itu terjadi di karena rata-rata penghuni rumahnya sedang flu??? sehingga tidak sadar ada kebocoran , apakah mereka pernah melakukan cek dan re-check kondisi selang, regulator dan tabung gas mereka dari sejak pertama kali dibeli?

Ada wacana kembali saja ke ” kompor minyak tanah karena lebih aman”, wacana ini mengingatkan kita tentang kasus pornografi pada anak remaja yang marak lewat internet/warnet , semua orang tua beramai ramai menyalahkan tekhnologi internet yang menyebabkan peristiwa pornografi dikalangan remaja marak, atau kasus penculikan remaja beberapa saat yang lalu karena penggunaan Facebook, sehingga orang tua dan malah ada yg mengharamkan menggunakan Facebook (makin konyol..!).

Wah wah, kalau kita selalu seperti itu cara melihat persoalan dengan penyederhaaan kesimpulan atas suatu masalah, maka kita sebagai bangsa rasanya harus pesimis untuk bisa melangkah maju, selalu mencari siapa yang salah dulu, bukannya mencari tahu apa yang menyebabkan peristiwa itu terjadi?.

Cobalah untuk lebih peduli dan mencari tahu lebih jauh apa yang menyebabkan masalah tabung gas meledak ini? apakah betul kelalaian pemerintah? ini pun harus di pahami dulu apakah salah pemerintah pusat atau daerah (karena sekarang sudah ada otonomi daerah) atau salah Pertamina? ataukah keadaan rumah kita yang memang kurang diperhatikan misalnya: posisi tabung yang diletakan di ruang pengap sehingga tidak ada sirkulasi udara?, supaya kita tidak dengan gampangnya menyalahkan satu kebijakan yang telah diambil dan pada saat itu (yang seharusnya baik) disalahkan!.

Cara “simplicity ” atau penyederhanaan atau tidak mau susah seperti itulah yang masih diwarisi oleh rakyat kita sejak jaman Orba, karena dulu semua program pemerintah di sosialisasikan sebelum diterapkan dilapangan, namun saat ini kan sudah reformasi ,bukankah lebih baik kita rakyat juga mereformasi cara berpikir kita dengan tidak semata mata mengandalkan informasi yang diberikan oleh pemerintah, tetapi mencari informasi itu sendiri untuk menghindarkan kita dari masalah yang akan merugikan kita sendiri akibat kurangnya kepedulian kita terhadap satu masalah.

Mari bersama sama kita peduli dimulai dari rumah kita, mari intip keadaan tabung gas dirumah kita, jangan jangan selangnya bocor !

Tidak ada komentar: